This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

Friday, May 20, 2016

Mengapa anda harus keluar dari zona nyaman?



       Kita sebagai manusia sering kali berpijak pada zona nyaman. Sayapun sering melakukannya. Suatu ketika saya bertanya kepada diri saya, mengapa saya bertolak di zona nyaman ? Aku menemukan jawabannya yang mungkin secara teoritis bisa diterima akal sehat namun saya rasa secara praktek sangat sulit saya lakukan. Inti logikanya mungkin seperti ini. Bisakah anda membuat segi lima didalam segi empat namun tiap titik sudut segi lima hanya boleh mengenai satu sisi segi empat. Tidak ada dua sudut segi lima yang bertumpuh pada satu sisi segi empat. Cukup banyak waktu kuhabiskan untuk mengotak atik pikiranku agar tantangan tersebut dapat kupecahkan. Hingga pikiranku lelah tak ku temukan jawabannya. Akhirnya aku membuat segi lima namun satu titik sudut nya diluar sisi segi empat tersebut. Begitulah dengan kita, kalo kita selalu bertengger diposisi nyaman maka tak heran kemampuan kita yang seharusnya lebih kini hanya biasa saja. Sementara kita diberikan kemampuan yang jauh lebih hebat. Contoh kecil yang mungkin sering terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Ketika anda disuruh memimpin suatu kegiatan yang mungkin biasanya anda hanya sebagai anggota saja. Mungkin naluri kita menolak. Dipikiran kita hanya terpikir lebih baik saya anggota, kalo saya pemimpinnya nanti takut salah, takut dimarahi, takut malu dan sebagainya. Kita sudah menembok pikiran kita dan menginjak kemampuan kita sendiri. Memang ketika kamu melangkah keluar dari zona nyaman disitulah anda mulai tumbuh bahkan dengan cepat. Karena ketidaknyamanan yang anda alami meminta kemampuanmu yang lebih. Disamping itu resiko dan tantangan akan ada selangkah didepan mata kaki mu. Namun ingatlah ketika anda mampu bersahabat dengan resiko resiko tersebut, maka tidak lama lagi anda melesit jauh baik secara karier maupun jiwa kepemimpinan anda. Itulah sebab nya anda keluar dari zona nyaman.

Friday, August 7, 2015

Tingkatkan Jiwa Korps PNS

Sebagai unsur aparatur Negara dan abdi masyarakat, PNS mesti memiliki akhlak dan budi pekerti yang tidak tercela, yang berkemampuan melaksanakan tugas secara profesional dan bertanggung jawab dalam menyelenggarakan tugas pemerintahan dan pembangunan, serta bersih dari korupsi, kolusi, dan nepotisme (yang kini marak terjadi di negeri ini).
Setiap Pegawai Negeri Sipil  wajib bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, wajib memberikan pelayanan secara adil dan merata kepada masyarakat dengan dilandasi kesetiaan dan ketaatan kepada Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945, Negara, dan Pemerintah.
Untuk menjamin agar setiap PNS selalu berupaya terus meningkatkan kesetiaan ketaatan, dan pengabdiannya tersebut, ditetapkan ketentuan perundang-undangan yang mengatur sikap, tingkah laku, dan perbuatan PNS, baik di dalam maupun di luar dinas.

Nilai-nilai Dasar
Nilai-nilai dasar yang harus dijunjung tinggi oleh Pegawai Negeri Sipil meliputi:
  1. Ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa;
  2. kesetiaan dan ketaatan kepada Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945;
  3. semangat nasionalisme;
  4. mengutamakan kepentingan Negara di atas kepentingan pribadi atau golongan;
  5. penghormatan terhadap hak asasi manusia;
  6. tidak diskriminatif;
  7. profesionalisme, netralitas, dan bermoral tinggi;
  8. semangat jiwa korps.
Untuk memperoleh Pegawai Negeri Sipil yang kuat, kompak dan bersatu padu, memiliki kepekaan, tanggap dan memiliki kesetiakawanan yang tinggi, berdisiplin, serta sadar akan tanggung jawabnya sebagai unsur aparatur negara dan abdi masyarakat diperlukan pembinaan jiwa korps dan kode etik Pegawai Negeri Sipil.
Pembinaan jiwa korps dimaksudkan untuk meningkatkan semangat juang, pengabdian, kesetiaan, dan ketaatan Pegawai Negeri Sipil kepada Negara Kesatuan dan Pemerintah Repubhkdonesia yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945
Jiwa Korps
Pembinaan jiwa Korps Pegawai Negeri Sipil bertujuan untuk:
  1. membina karakter/watak, memelihara rasa persatuan dan kesatuan secara kekeluargaan guna mewujudkan kerja sama dan semangat pengabdian kepada masyarakat serta meningkatkan kemampuan, dan keteladanan Pegawai Negeri Sipil,
  2. mendorong etos kerja Pegawai Negeri Sipil untuk mewujudkan Pegawai Negeri Sipil yang bermutu tinggi dan sadar akan tanggung jawabnya sebagai unsur aparatur negara dan abdi masyarakat,
  3. menumbuhkan dan meningkatkan semangat, kesadaran, dan wawasan kebangsaan Pegawai Negeri Sipil sehingga dapat menjaga persatuan dan kesatuan bangsa dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Ruang lingkup pembinaan jiwa Korps Pegawai Negeri Sipil mencakup :
  1. peningkatan etos kerja dalam rangka mendukung produktivitas kerja dan profesionalitas Pegawai Negeri Sipil,
  2. partisipasi dalam penyusunan kebijakan Pemerintah terkait dengan Pegawai Negeri Sipil;
  3. peningkatan kerja sama antar Pegawai Negeri Sipil untuk memelihara dan memupuk kesetiakawanan dalam rangka meningkatkan jiwa korps Pegawai Negeri Sipil,
perlindungan terhadap hak-hak sipil atau kepentingan Pegawai Negeri Sipil sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku, dengan tetap mengedepankan kepentingan rakyat, bangsa, dan negara.

Kode Etik Pegawai Negeri Sipil

Dalam pelaksanaan tugas kedinasan dan kehidupan sehari-hari setiap Pegawai Negeri Sipil wajib bersikap dan berpedoman pada etika dalam bernegara, dalam penyelenggaraan pemerintahan dalam berorganisasi, dalam bermasyarakat, serts terhadap diri sendiri dan sesama Pegawai Neeeri Sipil.
Etika Bernegara meliputi :
  1. melaksanakan sepenuhnya Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945;
  2. mengangkat harkat dan martabat bangsa dan negara;
  3. menjadi perekat dan pemersatu bangsa dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia;
  4. menaati semua peraturan perundang-undang yang berlaku dalam melaksanakan tugas;
  5. akuntabel dalam melaksanakan tugas penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan;
  6. tanggap, terbuka, jujur, dan akurat, serta tepat waktu dalam melaksanakan setiap kebijakan program pemerintah;
  7. menggunakan atau memanfaatkan semua sumber daya Negara secara efisien dan efektif;
  8. tidak memberikan kesaksian palsu atau keterangan yang tidak benar.
Etika melaksanakan tugas :
  1. melaksanakan tugas dan wewenang sesuai ketentuan yang berlaku;
  2.  menjaga informasi yang bersifat rahasia;
  3. melaksanakan setiap kebijakan yang ditetapkan oleh pejabat yang berwenang;
  4. membangun etos kerja dan meningkatkan kinerja organisasi;
  5. menjalin kerjasama secara kooperatif dengan unit kerja lain yang terkait dalam rangka pencapaian tujuan;
  6. memiliki kompetensi dalam pelaksanaan tugas;
  7. patuh dan taat terhadap standar operasional dan tata kerja;
  8. mengembangkan pemikiran secara kreatif dan inovatif dalam rangka peningkatan kineri organisasi;
  9. berorientasi pada upaya peningkatan kualitas kerja.
Etika dalam bermasyarakat:
  1. mewujudkan pola hidup sederhana;
  2. memberikan pelayanan dengan empati, hormat, dan santun tanpa pamrih dan tanpa unsur pemaksaan;
  3. memberikan pelayanan secara cepat, tepat, terbuka, dan adil serta tidak diskriminatif;
  4. tanggap terhadap keadaan lingkunga masyarakat;
  5. berorientasi kepada peningkatan kesejahtera masyarakat dalam melaksanakan tugas.
Etika terhadap diri sendiri :
  1. jujur dan terbuka serta tidak memberikan informasiyang tidak benar;
  2. bertindak dengan penuh kesungguhan dan ketulusan;
  3. menghindari konflik kepentingan pribadi, kelompok, maupun golongan;
  4. berinisiatif untuk meningkatkan kualitas pengetahuan, kemampuan, keterampilan, dan sikap;
  5. memiliki daya juang yang tinggi;
  6. memelihara kesehatan jasmani dan rohani;
  7. menjaga keutuhan dan keharmonisan keluarga;
  8. berpenampilan sederhana, rapih, dan sopan.
Etika terhadap sesama pegawai negeri sipil :
  1.  saling menghormati sesama warga negara yang memeluk agama/kepercayaan yang berlainan;
  2. memelihara rasa persatuan dan kesatuan sesama Pegawai Negeri Sipil;
  3. saling menghormati antara teman sejawat baik secara vertikal maupun horisontal dalam suatu unit kerja, instansi, maupun di luar instansi;
  4. menghargai perbedaan pendapat;
  5.  menjunjung tinggi harkat dan martabat Pegawai Negeri Sipil;
  6. menjaga dan menjalin kerja sama yang kooperatif sesama Pegawai Negeri Sipil.

Wednesday, July 29, 2015

Ubahlah Pola Pikir Anda !

Hal yang paling mengganggu dan memberi dampak negatif dalam kehidupan kita sebenarnya berasal dari pandangan buruk terhadap diri anda sendiri. Kadang kita terlalu keras menghukum dan merendahkan diri kita sendiri atas kejadian-kejadian buruk yang menimpa diri kita atau pun orang lain.
Berikut ada beberapa Tips menghilangkan sifat negatif tersebut:

 1.HIDUP DI SAAT INI.
 Memikirkan masa lalu atau masa depan adalah hal yang sering membuat kita cemas. Jarang sekali kita panik karena kejadian masa sekarang. Jika Anda menemukan pikiran anda terkukung dalam apa yang telah terjadi atau apa yang belum terjadi, ingatlah bahwa hanya masa kini yang dapat kita kontrol.

2.KATAKAN HAL POSITIF PADA DIRI SENDIRI
Katakan pada diri Anda bahwa Anda kuat, Anda mampu. Ucapkan hal tersebut terus-menerus, kapanpun. Terutama, mulailah hari dengan mengatakan hal positif tentang diri sendiri dan hari itu, tidak peduli jika hari itu Anda harus mengambil keputusan sulit ataupun Anda tidak mempercayai apa yang telah Anda katakan pada diri sendiri.

3.PERCAYA PADA KEKUATAN PIKIRAN POSITIF
Jika Anda berpikir positif, hal-hal positif akan datang dan kesulitan-kesulitan akan terasa lebih ringan. Sebaliknya, jika Anda berpikiran negatif, hal-hal negatif akan menimpa Anda. Hal ini adalah hukum universal, seperti layaknya hukum gravitasi atau pertukaran energi. Tidak akan mudah untuk mengubah pola pikir Anda, namun usahanya sebanding dengan hasil yang bisa Anda petik.




4.JANGAN BERDIAM DIRI.
 Telusuri apa yang membuat Anda berpikiran negatif, perbaiki, dan kembali maju. Jika hal tersebut tidak bisa diperbaiki lagi, berhenti mengeluh dan menyesal karena hal itu hanya akan menghabiskan waktu dan energi Anda, juga membuat Anda merasa tambah buruk. Terimalah apa yang telah terjadi, petik hikmah/pelajaran dari hal tersebut, dan kembali maju.

5.FOKUS PADA HAL-HAL POSITIF.
 Ketika kita sedang sedang berpikiran negatif, seringkali kita lupa akan apa yang kita miliki dan lebih berfokus pada apa yang tidak kita miliki. Buatlah sebuah jurnal rasa syukur. Tidak masalah waktunya, tiap hari tulislah lima enam hal positif yang terjadi pada hari tersebut. Hal positif itu bisa berupa hal-hal besar ataupun sekadar hal-hal kecil seperti ‘hari ini cerah’ atau ‘makan sore hari ini menakjubkan’. Selama Anda tetap konsisten melakukan kegiatan ini, hal ini mampu mengubah pemikiran negatif Anda menjadi suatu pemikiran positif. Dan ketika Anda mulai merasa berpikiran negatif, baca kembali jurnal tersebut.


6.BERGERAKLAH
Berolahraga melepaskan endorphin yang mampu membuat perasaaan Anda menjadi lebih baik. Apakah itu sekadar berjalan mengelelingi blok ataupun berlari sepuluh kilometer, aktifitas fisik akan membuat diri kita merasa lebih baik. Ketika Anda merasa down, aktifitas olahraga lima belas menit dapat membuat Anda merasa lebih baik.

7.HADAPI RASA TAKUTMU
Perasaan negatif muncul dari rasa takut, makin takut Anda akan hidup, makin banyak pikiran negatif dalam diri Anda. Jika Anda takut akan sesuatu, lakukan sesuatu itu. Rasa takut adalah bagian dari hidup namun kita memiliki pilihan untuk tidak membiarkan rasa takut menghentikan kita.

8.COBA HAL-HAL BARU
Mencoba hal-hal baru juga dapat meningkatkan rasa percaya diri. Dengan mengatakan “ya” pada kehidupan Anda, membuka lebih banyak kesempatan untuk bertumbuh. Jauhi pikiran ‘ya, tapi…’. Pengalaman baru, kecil atau besar, membuat hidup terasa lebih menyenangkan dan berguna.


9.UBAH CARA PANDANG
Ketika sesuatu tidak berjalan dengan baik, cari cara untuk melihat hal tersebut dari sudut pandang yang lebih positif. Dalam setiap tantangan terdapat keuntungan, dalam setiap keuntungan terdapat tantangan.

sumber : http://sedewaahmad.blogspot.com/

Wednesday, June 24, 2015

Musuh Terberat Sering kali Datang dari Diri Sendiri

     Selamat berjumpa kembali di blog saya teman-teman. :)
     Postingan kali ini saya ingin membicarakan sebuah hal yang mungkin sangat sederhana dan sering kita hadapi. Saya yakin kita semua pasti pernah menghadapi masalah. Bahkan kita sering lari dari masalah tersebut untuk membuat rasa nyaman beberapa saat. Namun sesungguhnya rasa nyaman itu membuat kita menjadi manusia yang biasa saja . Seharusnya ketika menghadapi masalah, kita harus menganalisis masalah tersebut dan memecahkannya ,  bukan malah menghindarinya. Sering kali kita beranggapan masalah selalu datang dari lingkungan atau orang lain, namun sesungguhnya masalah terberat adalah masalah yang berasal dari diri kita sendiri. Salah satu contoh masalah yang paling dekat dengan kehidupan kita malas , mudah putus asa , dan sebagainya.

     Karena saya lebih suka menyampaikan inti pembicaraan melalui cerita , saya akan mengambil sebuah cerita sesorang yang berhasil mengalahkan masalah dari dalam dirinya , yang kini mungkin terkenal dibeberapa negara .



     Senja mulai membayangi sebuah gedung pencakar langit yang megah. Matahari petang mulai melipir, kembali ke peraduannya. Di salah satu koridor gedung itu, seorang manajer muda tampak menangis terisak. Ada kegetiran yang begitu pahit di matanya.
     Manajer muda itu baru saja selesai meeting “New Product Idea” dengan para petinggi di kantornya. Ia dibantai : ide produk baru yang ia presentasikan, dikecam oleh para seniornya.
     “Ide produk baru yang kekanak-kanakan !! Idenya tidak sesuai dengan tradisi perusahaan ini !!” Begitu kecaman dari para petingginya.
      Batin manajer muda itu terluka. Hatinya berduka lantaran ide produk barunya diremehkan seperti calon pecundang.
     “Senior-seniorku itu bodoh. Mereka tidak paham perkembangan pasar.” Begitu manajer muda itu membatin. Masih dengan mata yang berkaca-kaca. Semburat senja terus membayang langit sore itu.
Manajer muda itu tidak menyerah. Ia lalu bergerilya menemui CEO dan Presiden Komisaris perusahaan dimana ia bekerja. Tanpa kenal lelah, ia meyakinkan mereka bahwa ide produknya bisa menjadi ikon bagi masa depan perusahaan.
Beruntung CEO perusahaan itu akhirnya menerima ide produk baru dari manajer muda yang gigih itu.
     Sejarah kelak mencatat, ide produk itu menjelma menjadi produk legendaris dan terlaris dalam industri digital dunia.
     Anak muda itu bernama Ken Kutaragi. Perusahaan tempat ia bekerja : Sony. Ide produk yang ia usulkan : Sony PlayStation.
     Ironi sejarah hadir disitu : ide produk yang dulu dikecam senior-senior Sony itu menjadi produk Sony paling sukses setelah Walkman. Konsol game PlayStation memang merupakan salah satu produk paling laris dan fenomenal bagi bisnis Sony.
Kisah Sony PlayStation mendedahkan sebuah pelajaran penting : ide inovasi radikal tak mudah diwujudkan.
     Ide-ide inovasi yg brilian acap mengalami kematian prematur justru karena penolakan dari pihak internal.
     Iklim senioritas, konflik serta arogansi internal sering membuat ide kreatif layu sebelum mekar. Kisah penolakan ide produk Playstation oleh senior-senior di Sony menunjukkan mentalitas itu.
Kompetisi bisnis tersulit sering bukan dengan perusahaan lain. Namun justru perang antar divisi dalam perusahaan itu sendiri. Nafas inovasi kehilangan oksigen, lantaran di-sabotase oleh konflik internal antar divisi yang begitu keras.

     Maka musuh (rival) terbesar seringkali bukan datang dari pihak (perusahaan) lain, tapi muncul dari elemen internal dalam diri perusahaan itu sendiri.
     Ego dan kepentingan sebuah divisi seringkali bertabrakan dengan kepentingan divisi lain. Sialnya, masing-masing divisi itu jarang yang mau mengalah, dan ngotot dengan kepentingannya masing-masing. Meeting demi meeting dijalani, namun gagal membangun sebuah kata kunci yang magis : koordinasi dan kolaborasi antar divisi.
     Alhasil, berbagai inisiatif yang mantap ataupun ide inovasi yang brilian mandek di tengah jalan, karena koordinasi antara divisi adalah sebuah kemewahan yang sulit diwujudkan.


Semoga teman-teman bisa mengambil maknanya dan menerapkannya.

Sumber : http://strategimanajemen.net/
Senja mulai membayangi sebuah gedung pencakar langit yang megah. Matahari petang mulai melipir, kembali ke peraduannya. Di salah satu koridor gedung itu, seorang manajer muda tampak menangis terisak. Ada kegetiran yang begitu pahit di matanya.
Manajer muda itu baru saja selesai meeting “new product idea” dengan para petinggi di kantornya. Ia dibantai : ide produk baru yang ia presentasikan, dikecam oleh para seniornya.
“Ide produk baru yang kekanak-kanakan !! Idenya tidak sesuai dengan tradisi perusahaan ini !!” Begitu kecaman dari para petingginya.
Batin manajer muda itu terluka. Hatinya berduka lantaran ide produk barunya diremehkan seperti calon pecundang.
“Senior-seniorku itu bodoh. Mereka tidak paham perkembangan pasar.” Begitu manajer muda itu membatin. Masih dengan mata yang berkaca-kaca. Semburat senja terus membayang langit sore itu.
Manajer muda itu tidak menyerah. Ia lalu bergerilya menemui CEO dan Presiden Komisaris perusahaan dimana ia bekerja. Tanpa kenal lelah, ia meyakinkan mereka bahwa ide produknya bisa menjadi ikon bagi masa depan perusahaan.
Beruntung CEO perusahaan itu akhirnya menerima ide produk baru dari manajer muda yang gigih itu.
Sejarah kelak mencatat, ide produk itu menjelma menjadi produk legendaris dan terlaris dalam industri digital dunia.
Anak muda itu bernama Ken Kutaragi. Perusahaan tempat ia bekerja : Sony. Ide produk yang ia usulkan : Sony PlayStation.
Ironi sejarah hadir disitu : ide produk yang dulu dikecam senior-senior Sony itu menjadi produk Sony paling sukses setelah Walkman. Konsol game PlayStation memang merupakan salah satu produk paling laris dan fenomenal bagi bisnis Sony.
Kisah Sony PlayStation mendedahkan sebuah pelajaran penting : ide inovasi radikal tak mudah diwujudkan.
Ide-ide inovasi yg brilian acap mengalami kematian prematur justru karena penolakan dari pihak internal.
Iklim senioritas, konflik serta arogansi internal sering membuat ide kreatif layu sebelum mekar. Kisah penolakan ide produk Playstation oleh senior-senior di Sony menunjukkan mentalitas itu.
Kompetisi bisnis tersulit sering bukan dengan perusahaan lain. Namun justru perang antar divisi dalam perusahaan itu sendiri. Nafas inovasi kehilangan oksigen, lantaran di-sabotase oleh konflik internal antar divisi yang begitu keras.
Maka musuh (rival) terbesar seringkali bukan datang dari pihak (perusahaan) lain, tapi muncul dari elemen internal dalam diri perusahaan itu sendiri.
Ego dan kepentingan sebuah divisi seringkali bertabrakan dengan kepentingan divisi lain. Sialnya, masing-masing divisi itu jarang yang mau mengalah, dan ngotot dengan kepentingannya masing-masing. Meeting demi meeting dijalani, namun gagal membangun sebuah kata kunci yang magis : koordinasi dan kolaborasi antar divisi.
Alhasil, berbagai inisiatif yang mantap ataupun ide inovasi yang brilian mandek di tengah jalan, karena koordinasi antara divisi adalah sebuah kemewahan yang sulit diwujudkan.
Kembali ke kisah Sony. Sejarah penciptaan Sony PlayStation yang sarat intrik dan resistensi, mungkin juga bisa memberi penjelasan kenapa dalam “smartphone war” mereka begitu tersengal-sengal mengejar laju Samsung yang begitu cepat.
- See more at: http://strategimanajemen.net/2013/08/25/dalam-perang-inovasi-musuh-terberat-seringkali-datang-dari-dirimu-sendiri/#sthash.wshl7bIJ.dpuf
an, karena koordinas
Senja mulai membayangi sebuah gedung pencakar langit yang megah. Matahari petang mulai melipir, kembali ke peraduannya. Di salah satu koridor gedung itu, seorang manajer muda tampak menangis terisak. Ada kegetiran yang begitu pahit di matanya.
Manajer muda itu baru saja selesai meeting “new product idea” dengan para petinggi di kantornya. Ia dibantai : ide produk baru yang ia presentasikan, dikecam oleh para seniornya.
“Ide produk baru yang kekanak-kanakan !! Idenya tidak sesuai dengan tradisi perusahaan ini !!” Begitu kecaman dari para petingginya.
Batin manajer muda itu terluka. Hatinya berduka lantaran ide produk barunya diremehkan seperti calon pecundang.
“Senior-seniorku itu bodoh. Mereka tidak paham perkembangan pasar.” Begitu manajer muda itu membatin. Masih dengan mata yang berkaca-kaca. Semburat senja terus membayang langit sore itu.
Manajer muda itu tidak menyerah. Ia lalu bergerilya menemui CEO dan Presiden Komisaris perusahaan dimana ia bekerja. Tanpa kenal lelah, ia meyakinkan mereka bahwa ide produknya bisa menjadi ikon bagi masa depan perusahaan.
Beruntung CEO perusahaan itu akhirnya menerima ide produk baru dari manajer muda yang gigih itu.
Sejarah kelak mencatat, ide produk itu menjelma menjadi produk legendaris dan terlaris dalam industri digital dunia.
Anak muda itu bernama Ken Kutaragi. Perusahaan tempat ia bekerja : Sony. Ide produk yang ia usulkan : Sony PlayStation.
Ironi sejarah hadir disitu : ide produk yang dulu dikecam senior-senior Sony itu menjadi produk Sony paling sukses setelah Walkman. Konsol game PlayStation memang merupakan salah satu produk paling laris dan fenomenal bagi bisnis Sony.
Kisah Sony PlayStation mendedahkan sebuah pelajaran penting : ide inovasi radikal tak mudah diwujudkan.
Ide-ide inovasi yg brilian acap mengalami kematian prematur justru karena penolakan dari pihak internal.
Iklim senioritas, konflik serta arogansi internal sering membuat ide kreatif layu sebelum mekar. Kisah penolakan ide produk Playstation oleh senior-senior di Sony menunjukkan mentalitas itu.
Kompetisi bisnis tersulit sering bukan dengan perusahaan lain. Namun justru perang antar divisi dalam perusahaan itu sendiri. Nafas inovasi kehilangan oksigen, lantaran di-sabotase oleh konflik internal antar divisi yang begitu keras.
Maka musuh (rival) terbesar seringkali bukan datang dari pihak (perusahaan) lain, tapi muncul dari elemen internal dalam diri perusahaan itu sendiri.
Ego dan kepentingan sebuah divisi seringkali bertabrakan dengan kepentingan divisi lain. Sialnya, masing-masing divisi itu jarang yang mau mengalah, dan ngotot dengan kepentingannya masing-masing. Meeting demi meeting dijalani, namun gagal membangun sebuah kata kunci yang magis : koordinasi dan kolaborasi antar divisi.
Alhasil, berbagai inisiatif yang mantap ataupun ide inovasi yang brilian mandek di tengah jalan, karena koordinasi antara divisi adalah sebuah kemewahan yang sulit diwujudkan.
Kembali ke kisah Sony. Sejarah penciptaan Sony PlayStation yang sarat intrik dan resistensi, mungkin juga bisa memberi penjelasan kenapa dalam “smartphone war” mereka begitu tersengal-sengal mengejar laju Samsung yang begitu cepat.
- See more at: http://strategimanajemen.net/2013/08/25/dalam-perang-inovasi-musuh-terberat-seringkali-datang-dari-dirimu-sendiri/#sthash.wshl7bIJ.dpuf
Senja mulai membayangi sebuah gedung pencakar langit yang megah. Matahari petang mulai melipir, kembali ke peraduannya. Di salah satu koridor gedung itu, seorang manajer muda tampak menangis terisak. Ada kegetiran yang begitu pahit di matanya.
Manajer muda itu baru saja selesai meeting “new product idea” dengan para petinggi di kantornya. Ia dibantai : ide produk baru yang ia presentasikan, dikecam oleh para seniornya.
“Ide produk baru yang kekanak-kanakan !! Idenya tidak sesuai dengan tradisi perusahaan ini !!” Begitu kecaman dari para petingginya.
Batin manajer muda itu terluka. Hatinya berduka lantaran ide produk barunya diremehkan seperti calon pecundang.
“Senior-seniorku itu bodoh. Mereka tidak paham perkembangan pasar.” Begitu manajer muda itu membatin. Masih dengan mata yang berkaca-kaca. Semburat senja terus membayang langit sore itu.
Manajer muda itu tidak menyerah. Ia lalu bergerilya menemui CEO dan Presiden Komisaris perusahaan dimana ia bekerja. Tanpa kenal lelah, ia meyakinkan mereka bahwa ide produknya bisa menjadi ikon bagi masa depan perusahaan.
Beruntung CEO perusahaan itu akhirnya menerima ide produk baru dari manajer muda yang gigih itu.
Sejarah kelak mencatat, ide produk itu menjelma menjadi produk legendaris dan terlaris dalam industri digital dunia.
Anak muda itu bernama Ken Kutaragi. Perusahaan tempat ia bekerja : Sony. Ide produk yang ia usulkan : Sony PlayStation.
Ironi sejarah hadir disitu : ide produk yang dulu dikecam senior-senior Sony itu menjadi produk Sony paling sukses setelah Walkman. Konsol game PlayStation memang merupakan salah satu produk paling laris dan fenomenal bagi bisnis Sony.
Kisah Sony PlayStation mendedahkan sebuah pelajaran penting : ide inovasi radikal tak mudah diwujudkan.
Ide-ide inovasi yg brilian acap mengalami kematian prematur justru karena penolakan dari pihak internal.
Iklim senioritas, konflik serta arogansi internal sering membuat ide kreatif layu sebelum mekar. Kisah penolakan ide produk Playstation oleh senior-senior di Sony menunjukkan mentalitas itu.
Kompetisi bisnis tersulit sering bukan dengan perusahaan lain. Namun justru perang antar divisi dalam perusahaan itu sendiri. Nafas inovasi kehilangan oksigen, lantaran di-sabotase oleh konflik internal antar divisi yang begitu keras.
Maka musuh (rival) terbesar seringkali bukan datang dari pihak (perusahaan) lain, tapi muncul dari elemen internal dalam diri perusahaan itu sendiri.
Ego dan kepentingan sebuah divisi seringkali bertabrakan dengan kepentingan divisi lain. Sialnya, masing-masing divisi itu jarang yang mau mengalah, dan ngotot dengan kepentingannya masing-masing. Meeting demi meeting dijalani, namun gagal membangun sebuah kata kunci yang magis : koordinasi dan kolaborasi antar divisi.
Alhasil, berbagai inisiatif yang mantap ataupun ide inovasi yang brilian mandek di tengah jalan, karena koordinasi antara divisi adalah sebuah kemewahan yang sulit diwujudkan.
Kembali ke kisah Sony. Sejarah penciptaan Sony PlayStation yang sarat intrik dan resistensi, mungkin juga bisa memberi penjelasan kenapa dalam “smartphone war” mereka begitu tersengal-sengal mengejar laju Samsung yang begitu cepat.
- See more at: http://strategimanajemen.net/2013/08/25/dalam-perang-inovasi-musuh-terberat-seringkali-datang-dari-dirimu-sendiri/#sthash.wshl7bIJ.dpuf
Senja mulai membayangi sebuah gedung pencakar langit yang megah. Matahari petang mulai melipir, kembali ke peraduannya. Di salah satu koridor gedung itu, seorang manajer muda tampak menangis terisak. Ada kegetiran yang begitu pahit di matanya.
Manajer muda itu baru saja selesai meeting “new product idea” dengan para petinggi di kantornya. Ia dibantai : ide produk baru yang ia presentasikan, dikecam oleh para seniornya.
“Ide produk baru yang kekanak-kanakan !! Idenya tidak sesuai dengan tradisi perusahaan ini !!” Begitu kecaman dari para petingginya.
Batin manajer muda itu terluka. Hatinya berduka lantaran ide produk barunya diremehkan seperti calon pecundang.
“Senior-seniorku itu bodoh. Mereka tidak paham perkembangan pasar.” Begitu manajer muda itu membatin. Masih dengan mata yang berkaca-kaca. Semburat senja terus membayang langit sore itu.
Manajer muda itu tidak menyerah. Ia lalu bergerilya menemui CEO dan Presiden Komisaris perusahaan dimana ia bekerja. Tanpa kenal lelah, ia meyakinkan mereka bahwa ide produknya bisa menjadi ikon bagi masa depan perusahaan.
Beruntung CEO perusahaan itu akhirnya menerima ide produk baru dari manajer muda yang gigih itu.
Sejarah kelak mencatat, ide produk itu menjelma menjadi produk legendaris dan terlaris dalam industri digital dunia.
Anak muda itu bernama Ken Kutaragi. Perusahaan tempat ia bekerja : Sony. Ide produk yang ia usulkan : Sony PlayStation.
Ironi sejarah hadir disitu : ide produk yang dulu dikecam senior-senior Sony itu menjadi produk Sony paling sukses setelah Walkman. Konsol game PlayStation memang merupakan salah satu produk paling laris dan fenomenal bagi bisnis Sony.
Kisah Sony PlayStation mendedahkan sebuah pelajaran penting : ide inovasi radikal tak mudah diwujudkan.
Ide-ide inovasi yg brilian acap mengalami kematian prematur justru karena penolakan dari pihak internal.
Iklim senioritas, konflik serta arogansi internal sering membuat ide kreatif layu sebelum mekar. Kisah penolakan ide produk Playstation oleh senior-senior di Sony menunjukkan mentalitas itu.
Kompetisi bisnis tersulit sering bukan dengan perusahaan lain. Namun justru perang antar divisi dalam perusahaan itu sendiri. Nafas inovasi kehilangan oksigen, lantaran di-sabotase oleh konflik internal antar divisi yang begitu keras.
Maka musuh (rival) terbesar seringkali bukan datang dari pihak (perusahaan) lain, tapi muncul dari elemen internal dalam diri perusahaan itu sendiri.
Ego dan kepentingan sebuah divisi seringkali bertabrakan dengan kepentingan divisi lain. Sialnya, masing-masing divisi itu jarang yang mau mengalah, dan ngotot dengan kepentingannya masing-masing. Meeting demi meeting dijalani, namun gagal membangun sebuah kata kunci yang magis : koordinasi dan kolaborasi antar divisi.
Alhasil, berbagai inisiatif yang mantap ataupun ide inovasi yang brilian mandek di tengah jalan, karena koordinasi antara divisi adalah sebuah kemewahan yang sulit diwujudkan.
Kembali ke kisah Sony. Sejarah penciptaan Sony PlayStation yang sarat intrik dan resistensi, mungkin juga bisa memberi penjelasan kenapa dalam “smartphone war” mereka begitu tersengal-sengal mengejar laju Samsung yang begitu cepat.
- See more at: http://strategimanajemen.net/2013/08/25/dalam-perang-inovasi-musuh-terberat-seringkali-datang-dari-dirimu-sendiri/#sthash.wshl7bIJ.dpuf
Senja mulai membayangi sebuah gedung pencakar langit yang megah. Matahari petang mulai melipir, kembali ke peraduannya. Di salah satu koridor gedung itu, seorang manajer muda tampak menangis terisak. Ada kegetiran yang begitu pahit di matanya.
Manajer muda itu baru saja selesai meeting “new product idea” dengan para petinggi di kantornya. Ia dibantai : ide produk baru yang ia presentasikan, dikecam oleh para seniornya.
“Ide produk baru yang kekanak-kanakan !! Idenya tidak sesuai dengan tradisi perusahaan ini !!” Begitu kecaman dari para petingginya.
Batin manajer muda itu terluka. Hatinya berduka lantaran ide produk barunya diremehkan seperti calon pecundang.
“Senior-seniorku itu bodoh. Mereka tidak paham perkembangan pasar.” Begitu manajer muda itu membatin. Masih dengan mata yang berkaca-kaca. Semburat senja terus membayang langit sore itu.
Manajer muda itu tidak menyerah. Ia lalu bergerilya menemui CEO dan Presiden Komisaris perusahaan dimana ia bekerja. Tanpa kenal lelah, ia meyakinkan mereka bahwa ide produknya bisa menjadi ikon bagi masa depan perusahaan.
Beruntung CEO perusahaan itu akhirnya menerima ide produk baru dari manajer muda yang gigih itu.
Sejarah kelak mencatat, ide produk itu menjelma menjadi produk legendaris dan terlaris dalam industri digital dunia.
Anak muda itu bernama Ken Kutaragi. Perusahaan tempat ia bekerja : Sony. Ide produk yang ia usulkan : Sony PlayStation.
Ironi sejarah hadir disitu : ide produk yang dulu dikecam senior-senior Sony itu menjadi produk Sony paling sukses setelah Walkman. Konsol game PlayStation memang merupakan salah satu produk paling laris dan fenomenal bagi bisnis Sony.
Kisah Sony PlayStation mendedahkan sebuah pelajaran penting : ide inovasi radikal tak mudah diwujudkan.
Ide-ide inovasi yg brilian acap mengalami kematian prematur justru karena penolakan dari pihak internal.
Iklim senioritas, konflik serta arogansi internal sering membuat ide kreatif layu sebelum mekar. Kisah penolakan ide produk Playstation oleh senior-senior di Sony menunjukkan mentalitas itu.
Kompetisi bisnis tersulit sering bukan dengan perusahaan lain. Namun justru perang antar divisi dalam perusahaan itu sendiri. Nafas inovasi kehilangan oksigen, lantaran di-sabotase oleh konflik internal antar divisi yang begitu keras.
Maka musuh (rival) terbesar seringkali bukan datang dari pihak (perusahaan) lain, tapi muncul dari elemen internal dalam diri perusahaan itu sendiri.
Ego dan kepentingan sebuah divisi seringkali bertabrakan dengan kepentingan divisi lain. Sialnya, masing-masing divisi itu jarang yang mau mengalah, dan ngotot dengan kepentingannya masing-masing. Meeting demi meeting dijalani, namun gagal membangun sebuah kata kunci yang magis : koordinasi dan kolaborasi antar divisi.
Alhasil, berbagai inisiatif yang mantap ataupun ide inovasi yang brilian mandek di tengah jalan, karena koordinasi antara divisi adalah sebuah kemewahan yang sulit diwujudkan.
Kembali ke kisah Sony. Sejarah penciptaan Sony PlayStation yang sarat intrik dan resistensi, mungkin juga bisa memberi penjelasan kenapa dalam “smartphone war” mereka begitu tersengal-sengal mengejar laju Samsung yang begitu cepat.
- See more at: http://strategimanajemen.net/2013/08/25/dalam-perang-inovasi-musuh-terberat-seringkali-datang-dari-dirimu-sendiri/#sthash.wshl7bIJ.dpuf
Senja mulai membayangi sebuah gedung pencakar langit yang megah. Matahari petang mulai melipir, kembali ke peraduannya. Di salah satu koridor gedung itu, seorang manajer muda tampak menangis terisak. Ada kegetiran yang begitu pahit di matanya.
Manajer muda itu baru saja selesai meeting “new product idea” dengan para petinggi di kantornya. Ia dibantai : ide produk baru yang ia presentasikan, dikecam oleh para seniornya.
“Ide produk baru yang kekanak-kanakan !! Idenya tidak sesuai dengan tradisi perusahaan ini !!” Begitu kecaman dari para petingginya.
Batin manajer muda itu terluka. Hatinya berduka lantaran ide produk barunya diremehkan seperti calon pecundang.
“Senior-seniorku itu bodoh. Mereka tidak paham perkembangan pasar.” Begitu manajer muda itu membatin. Masih dengan mata yang berkaca-kaca. Semburat senja terus membayang langit sore itu.
Manajer muda itu tidak menyerah. Ia lalu bergerilya menemui CEO dan Presiden Komisaris perusahaan dimana ia bekerja. Tanpa kenal lelah, ia meyakinkan mereka bahwa ide produknya bisa menjadi ikon bagi masa depan perusahaan.
Beruntung CEO perusahaan itu akhirnya menerima ide produk baru dari manajer muda yang gigih itu.
Sejarah kelak mencatat, ide produk itu menjelma menjadi produk legendaris dan terlaris dalam industri digital dunia.
Anak muda itu bernama Ken Kutaragi. Perusahaan tempat ia bekerja : Sony. Ide produk yang ia usulkan : Sony PlayStation.
Ironi sejarah hadir disitu : ide produk yang dulu dikecam senior-senior Sony itu menjadi produk Sony paling sukses setelah Walkman. Konsol game PlayStation memang merupakan salah satu produk paling laris dan fenomenal bagi bisnis Sony.
Kisah Sony PlayStation mendedahkan sebuah pelajaran penting : ide inovasi radikal tak mudah diwujudkan.
Ide-ide inovasi yg brilian acap mengalami kematian prematur justru karena penolakan dari pihak internal.
Iklim senioritas, konflik serta arogansi internal sering membuat ide kreatif layu sebelum mekar. Kisah penolakan ide produk Playstation oleh senior-senior di Sony menunjukkan mentalitas itu.
Kompetisi bisnis tersulit sering bukan dengan perusahaan lain. Namun justru perang antar divisi dalam perusahaan itu sendiri. Nafas inovasi kehilangan oksigen, lantaran di-sabotase oleh konflik internal antar divisi yang begitu keras.
Maka musuh (rival) terbesar seringkali bukan datang dari pihak (perusahaan) lain, tapi muncul dari elemen internal dalam diri perusahaan itu sendiri.
Ego dan kepentingan sebuah divisi seringkali bertabrakan dengan kepentingan divisi lain. Sialnya, masing-masing divisi itu jarang yang mau mengalah, dan ngotot dengan kepentingannya masing-masing. Meeting demi meeting dijalani, namun gagal membangun sebuah kata kunci yang magis : koordinasi dan kolaborasi antar divisi.
Alhasil, berbagai inisiatif yang mantap ataupun ide inovasi yang brilian mandek di tengah jalan, karena koordinasi antara divisi adalah sebuah kemewahan yang sulit diwujudkan.
Kembali ke kisah Sony. Sejarah penciptaan Sony PlayStation yang sarat intrik dan resistensi, mungkin juga bisa memberi penjelasan kenapa dalam “smartphone war” mereka begitu tersengal-sengal mengejar laju Samsung yang begitu cepat.
- See more at: http://strategimanajemen.net/2013/08/25/dalam-perang-inovasi-musuh-terberat-seringkali-datang-dari-dirimu-sendiri/#sthash.wshl7bIJ.dpuf
Senja mulai membayangi sebuah gedung pencakar langit yang megah. Matahari petang mulai melipir, kembali ke peraduannya. Di salah satu koridor gedung itu, seorang manajer muda tampak menangis terisak. Ada kegetiran yang begitu pahit di matanya.
Manajer muda itu baru saja selesai meeting “new product idea” dengan para petinggi di kantornya. Ia dibantai : ide produk baru yang ia presentasikan, dikecam oleh para seniornya.
“Ide produk baru yang kekanak-kanakan !! Idenya tidak sesuai dengan tradisi perusahaan ini !!” Begitu kecaman dari para petingginya.
Batin manajer muda itu terluka. Hatinya berduka lantaran ide produk barunya diremehkan seperti calon pecundang.
“Senior-seniorku itu bodoh. Mereka tidak paham perkembangan pasar.” Begitu manajer muda itu membatin. Masih dengan mata yang berkaca-kaca. Semburat senja terus membayang langit sore itu.
Manajer muda itu tidak menyerah. Ia lalu bergerilya menemui CEO dan Presiden Komisaris perusahaan dimana ia bekerja. Tanpa kenal lelah, ia meyakinkan mereka bahwa ide produknya bisa menjadi ikon bagi masa depan perusahaan.
Beruntung CEO perusahaan itu akhirnya menerima ide produk baru dari manajer muda yang gigih itu.
Sejarah kelak mencatat, ide produk itu menjelma menjadi produk legendaris dan terlaris dalam industri digital dunia.
Anak muda itu bernama Ken Kutaragi. Perusahaan tempat ia bekerja : Sony. Ide produk yang ia usulkan : Sony PlayStation.
Ironi sejarah hadir disitu : ide produk yang dulu dikecam senior-senior Sony itu menjadi produk Sony paling sukses setelah Walkman. Konsol game PlayStation memang merupakan salah satu produk paling laris dan fenomenal bagi bisnis Sony.
Kisah Sony PlayStation mendedahkan sebuah pelajaran penting : ide inovasi radikal tak mudah diwujudkan.
Ide-ide inovasi yg brilian acap mengalami kematian prematur justru karena penolakan dari pihak internal.
Iklim senioritas, konflik serta arogansi internal sering membuat ide kreatif layu sebelum mekar. Kisah penolakan ide produk Playstation oleh senior-senior di Sony menunjukkan mentalitas itu.
Kompetisi bisnis tersulit sering bukan dengan perusahaan lain. Namun justru perang antar divisi dalam perusahaan itu sendiri. Nafas inovasi kehilangan oksigen, lantaran di-sabotase oleh konflik internal antar divisi yang begitu keras.
Maka musuh (rival) terbesar seringkali bukan datang dari pihak (perusahaan) lain, tapi muncul dari elemen internal dalam diri perusahaan itu sendiri.
Ego dan kepentingan sebuah divisi seringkali bertabrakan dengan kepentingan divisi lain. Sialnya, masing-masing divisi itu jarang yang mau mengalah, dan ngotot dengan kepentingannya masing-masing. Meeting demi meeting dijalani, namun gagal membangun sebuah kata kunci yang magis : koordinasi dan kolaborasi antar divisi.
Alhasil, berbagai inisiatif yang mantap ataupun ide inovasi yang brilian mandek di tengah jalan, karena koordinasi antara divisi adalah sebuah kemewahan yang sulit diwujudkan.
Kembali ke kisah Sony. Sejarah penciptaan Sony PlayStation yang sarat intrik dan resistensi, mungkin juga bisa memberi penjelasan kenapa dalam “smartphone war” mereka begitu tersengal-sengal mengejar laju Samsung yang begitu cepat.
- See more at: http://strategimanajemen.net/2013/08/25/dalam-perang-inovasi-musuh-terberat-seringkali-datang-dari-dirimu-sendiri/#sthash.wshl7bIJ.dpuf
Senja mulai membayangi sebuah gedung pencakar langit yang megah. Matahari petang mulai melipir, kembali ke peraduannya. Di salah satu koridor gedung itu, seorang manajer muda tampak menangis terisak. Ada kegetiran yang begitu pahit di matanya.
Manajer muda itu baru saja selesai meeting “new product idea” dengan para petinggi di kantornya. Ia dibantai : ide produk baru yang ia presentasikan, dikecam oleh para seniornya.
“Ide produk baru yang kekanak-kanakan !! Idenya tidak sesuai dengan tradisi perusahaan ini !!” Begitu kecaman dari para petingginya.
Batin manajer muda itu terluka. Hatinya berduka lantaran ide produk barunya diremehkan seperti calon pecundang.
“Senior-seniorku itu bodoh. Mereka tidak paham perkembangan pasar.” Begitu manajer muda itu membatin. Masih dengan mata yang berkaca-kaca. Semburat senja terus membayang langit sore itu.
Manajer muda itu tidak menyerah. Ia lalu bergerilya menemui CEO dan Presiden Komisaris perusahaan dimana ia bekerja. Tanpa kenal lelah, ia meyakinkan mereka bahwa ide produknya bisa menjadi ikon bagi masa depan perusahaan.
Beruntung CEO perusahaan itu akhirnya menerima ide produk baru dari manajer muda yang gigih itu.
Sejarah kelak mencatat, ide produk itu menjelma menjadi produk legendaris dan terlaris dalam industri digital dunia.
Anak muda itu bernama Ken Kutaragi. Perusahaan tempat ia bekerja : Sony. Ide produk yang ia usulkan : Sony PlayStation.
Ironi sejarah hadir disitu : ide produk yang dulu dikecam senior-senior Sony itu menjadi produk Sony paling sukses setelah Walkman. Konsol game PlayStation memang merupakan salah satu produk paling laris dan fenomenal bagi bisnis Sony.
Kisah Sony PlayStation mendedahkan sebuah pelajaran penting : ide inovasi radikal tak mudah diwujudkan.
Ide-ide inovasi yg brilian acap mengalami kematian prematur justru karena penolakan dari pihak internal.
Iklim senioritas, konflik serta arogansi internal sering membuat ide kreatif layu sebelum mekar. Kisah penolakan ide produk Playstation oleh senior-senior di Sony menunjukkan mentalitas itu.
Kompetisi bisnis tersulit sering bukan dengan perusahaan lain. Namun justru perang antar divisi dalam perusahaan itu sendiri. Nafas inovasi kehilangan oksigen, lantaran di-sabotase oleh konflik internal antar divisi yang begitu keras.
Maka musuh (rival) terbesar seringkali bukan datang dari pihak (perusahaan) lain, tapi muncul dari elemen internal dalam diri perusahaan itu sendiri.
Ego dan kepentingan sebuah divisi seringkali bertabrakan dengan kepentingan divisi lain. Sialnya, masing-masing divisi itu jarang yang mau mengalah, dan ngotot dengan kepentingannya masing-masing. Meeting demi meeting dijalani, namun gagal membangun sebuah kata kunci yang magis : koordinasi dan kolaborasi antar divisi.
Alhasil, berbagai inisiatif yang mantap ataupun ide inovasi yang brilian mandek di tengah jalan, karena koordinasi antara divisi adalah sebuah kemewahan yang sulit diwujudkan.
Kembali ke kisah Sony. Sejarah penciptaan Sony PlayStation yang sarat intrik dan resistensi, mungkin juga bisa memberi penjelasan kenapa dalam “smartphone war” mereka begitu tersengal-sengal mengejar laju Samsung yang begitu cepat.
- See more at: http://strategimanajemen.net/2013/08/25/dalam-perang-inovasi-musuh-terberat-seringkali-datang-dari-dirimu-sendiri/#sthash.wshl7bIJ.dpuf
Senja mulai membayangi sebuah gedung pencakar langit yang megah. Matahari petang mulai melipir, kembali ke peraduannya. Di salah satu koridor gedung itu, seorang manajer muda tampak menangis terisak. Ada kegetiran yang begitu pahit di matanya.
Manajer muda itu baru saja selesai meeting “new product idea” dengan para petinggi di kantornya. Ia dibantai : ide produk baru yang ia presentasikan, dikecam oleh para seniornya.
“Ide produk baru yang kekanak-kanakan !! Idenya tidak sesuai dengan tradisi perusahaan ini !!” Begitu kecaman dari para petingginya.
Batin manajer muda itu terluka. Hatinya berduka lantaran ide produk barunya diremehkan seperti calon pecundang.
“Senior-seniorku itu bodoh. Mereka tidak paham perkembangan pasar.” Begitu manajer muda itu membatin. Masih dengan mata yang berkaca-kaca. Semburat senja terus membayang langit sore itu.
Manajer muda itu tidak menyerah. Ia lalu bergerilya menemui CEO dan Presiden Komisaris perusahaan dimana ia bekerja. Tanpa kenal lelah, ia meyakinkan mereka bahwa ide produknya bisa menjadi ikon bagi masa depan perusahaan.
Beruntung CEO perusahaan itu akhirnya menerima ide produk baru dari manajer muda yang gigih itu.
Sejarah kelak mencatat, ide produk itu menjelma menjadi produk legendaris dan terlaris dalam industri digital dunia.
Anak muda itu bernama Ken Kutaragi. Perusahaan tempat ia bekerja : Sony. Ide produk yang ia usulkan : Sony PlayStation.
Ironi sejarah hadir disitu : ide produk yang dulu dikecam senior-senior Sony itu menjadi produk Sony paling sukses setelah Walkman. Konsol game PlayStation memang merupakan salah satu produk paling laris dan fenomenal bagi bisnis Sony.
Kisah Sony PlayStation mendedahkan sebuah pelajaran penting : ide inovasi radikal tak mudah diwujudkan.
Ide-ide inovasi yg brilian acap mengalami kematian prematur justru karena penolakan dari pihak internal.
Iklim senioritas, konflik serta arogansi internal sering membuat ide kreatif layu sebelum mekar. Kisah penolakan ide produk Playstation oleh senior-senior di Sony menunjukkan mentalitas itu.
Kompetisi bisnis tersulit sering bukan dengan perusahaan lain. Namun justru perang antar divisi dalam perusahaan itu sendiri. Nafas inovasi kehilangan oksigen, lantaran di-sabotase oleh konflik internal antar divisi yang begitu keras.
Maka musuh (rival) terbesar seringkali bukan datang dari pihak (perusahaan) lain, tapi muncul dari elemen internal dalam diri perusahaan itu sendiri.
Ego dan kepentingan sebuah divisi seringkali bertabrakan dengan kepentingan divisi lain. Sialnya, masing-masing divisi itu jarang yang mau mengalah, dan ngotot dengan kepentingannya masing-masing. Meeting demi meeting dijalani, namun gagal membangun sebuah kata kunci yang magis : koordinasi dan kolaborasi antar divisi.
Alhasil, berbagai inisiatif yang mantap ataupun ide inovasi yang brilian mandek di tengah jalan, karena koordinasi antara divisi adalah sebuah kemewahan yang sulit diwujudkan.
Kembali ke kisah Sony. Sejarah penciptaan Sony PlayStation yang sarat intrik dan resistensi, mungkin juga bisa memberi penjelasan kenapa dalam “smartphone war” mereka begitu tersengal-sengal mengejar laju Samsung yang begitu cepat.
- See more at: http://strategimanajemen.net/2013/08/25/dalam-perang-inovasi-musuh-terberat-seringkali-datang-dari-dirimu-sendiri/#sthash.wshl7bIJ.dpuf
luvne.com resepkuekeringku.com desainrumahnya.com yayasanbabysitterku.com